Mind Mapping
Mind mapping atau peta pikiran bukanlah barang baru dalam metode pembelajaran, namun tampaknya penggunaan mind mapping belum banyak digunakan oleh para pendidik di Indonesia. Hal ini terlihat dengan masih dikenalnya metode mencatat atau meringkas dengan gaya konvensional, padahal banyak cara untuk memudahkan kita atau anak didik untuk mencatat dan mengingatnya kembali. Salah satunya dengan mind mapping yakni memadukan tulisan dan gambar atau simbol menjadi sebuah catatan yang mudah difahami.
Apa itu mind mapping? Mind mapping atau peta pikiran sebuah metode mencatat yang memanfaatkan bagaimana otak kita bekerja. Menurut Tony Buzan orang yang pertama kali memperkenalkan metode ini, bahwa otak bekerja dengan cara menyimpan informasi pada sel-sel saraf yang bercabang-cabang yang apabila dilihat sekilas akan tampak seperti cabang-cabang pohon. Mind mapping mempunyai kesamaan dengan bagaimana otak kita bekerja, yakni menggunakan warna, memiliki struktur yang bersumber dari pusat, serta menggunakan garis lengkung, simbol, kata dan gambar yang sesuai dengan satu rangkaian yang sederhana, mendasar, alami, dan sesuai dengan cara kerja otak.
Otak manusia terdiri dari 2 belahan, kiri (left hemisphere) dan kanan (right hemisphere) yang disambung oleh segumpal serabut yang disebut corpuss callosum. Belahan otak kiri terutama berfungsi untuk berpikir rasional, analitis, berurutan, linier, dan yang berkaitan dengan membaca, bahasa, dan berhitung. Sedangkan belahan otak kanan berfungsi untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitas. Kedua belahan otak tersebut memiliki fungsi, tugas, dan respons berbeda dan harus tumbuh dalam keseimbangan. sedangkan cara kerja mind mapping meyeimbangkan kedua belahan otak kita, otak kanan menterjemahkan cara berpikir otak kiri dengan sesuatu yang difahami.
Sayangnya masih banyak orang yang menerapkan cara belajar konvensional. :)
No comments:
Post a Comment